Saat ini aku tiba-tiba ingin menulis… mungkin tulisanku ini belum akan di posting sebelum listrik di bawah kembali hidup dan internet pun sudah nggak ngadat seperti tadi pagi….
Akhir-akhir ini aku berpikir, aku sepertinya bukan aku. Maksudnya? Hmmm.. ya… aku tidak merasa nyaman dengan diriku sendiri… dan itu berarti aku merasa tidak nyaman juga dengan orang-orang di sekitarku… jika tidak nyaman dengan diri sendiri, berarti tidak nyaman pula dengan lingkungan… bukan begitu? Aku terus berpikir, apa yang sedang terjadi padaku? Apakah ini yang dimaksud dengan kehilangan jati diri? Apa itu jati diri? Semakin dipikir, aku semakin tidak mengerti…
Salah satu yang membuatku stress belakangan ini adalah tidak lain dan tidak bukan adalah tempat kos ku sendiri. Hampir tiap hari pasti merasakan mati listrik. Dan parahnya, ini kan pekan-pekan ujian… Gimana bisa belajar kalo komputer aja mati… Yah, memang nggak bisa menyalahkan PLN sepenuhnya, toh yang punya kos juga salah. Hampir seluruh kos-kos di sekitar sini, aku yakin, nggak jujur dalam membayar listrik, alias mencuri. Hmmm… apa yang dapat aku lakukan? Tentu hanya mencak-mencak, maki-maki, atau bahkan terduduk diam ketika listrik mati…
Barusan saja, ketika aku pulang dari kampus, di pertigaan depan kos ku ada beberapa petugas PLN sedang beroperasi memeriksa listrik di sekitar sini. Mungkin ada banyak laporan tentang listrik di sekitar sini yang sering mati, sering turun. Wajar saja, kos-kosan di sekitar sini itu kan “jutaan”. Dan mungkin, 80% di antaranya nggak jujur. Apalagi ada salah satu kos di ujung sana yang bernama “biiippp” (censored) yang sudah seperti hotel ketika malam hari, terang benderang, setiap kamar ber-AC, namun membuat drop listrik satu gang… hahaha… Nggak bisa terbayang gimana jadinya kalo kos di depan warung Bu De sudah dihuni… kayaknya gelap gulita bakalan sering menghampiri daerah Jalan Keluarga ini….
Ngomong-ngomong tentang ke kampus, ada kejadian menarik tadi ketika aku ke sana untuk mengumpulkan proyek kelompok Web Programming ku… Di lapangan depan kampus Anggrek yang luas itu, ada sepasang kekasih (keliatannya sih begitu… atau itu hanya intuisiku saja...), yang sedang beradu argumen… itu pikirku dari radius 15 meter…
*kurangi radius menjadi 10 meter*
Hmmm… adu argumen doank kok sampe keras gini ya suaranya? Mungkin memang logatnya gitu, suka ngomong keras-keras…
Hmmm… adu argumen doank kok sampe keras gini ya suaranya? Mungkin memang logatnya gitu, suka ngomong keras-keras…
*kurangi radius menjadi 7,5 meter*
Waduh, kok nada suaranya tinggi ya… apa bertengkar ya? Tapi masa bertengkar di tempat terbuka gini, suara keras pula… ga mungkin ah… hanya logat…
Waduh, kok nada suaranya tinggi ya… apa bertengkar ya? Tapi masa bertengkar di tempat terbuka gini, suara keras pula… ga mungkin ah… hanya logat…
*kurangi radius menjadi 5 meter*
Wewww… ini sih bener… bertengkar!!!! Gila juga ini… bertengkar sama pacar sendiri di tempat luas… kedengaran dari jauh lagi… ckckck… apa nggak mikir ya?
Wewww… ini sih bener… bertengkar!!!! Gila juga ini… bertengkar sama pacar sendiri di tempat luas… kedengaran dari jauh lagi… ckckck… apa nggak mikir ya?
*kurangi radius menjadi 30 cm*
Tanya kenapaaaa?????
Tanya kenapaaaa?????
NB : radius yang terakhir hanyalah fiktif belaka, karena aku nggak ada intention buat ngedeketin segitu deket, kali aja badan mereka bau, lom mandi… hehehehe….
“Apa mereka nggak mikir, nggak malu?”
Itu pikiranku ketika mengetahui pasangan itu ternyata sedang bertengkar. Lalu aku melanjutkan pikiranku, tancap gigi 4 supaya cepet (lho?), bagaimana kalau aku nanti begitu? Apakah aku juga akan berpikir sama seperti aku yang sekarang? Dan semakin aku berpikir itu, aku semakin berpikir bahwa aku tidak tau aku harus menjadi aku yang bagaimana. Aku ndak mengerti, aku harus menjadi orang yang seperti apa, supaya aku merasa nyaman, dan orang-orang di sekitarku pun merasa nyaman. Buktinya, temanku yang kemarin sakit maag pun tau (apa hubungannya dengan sakit maag coba… tanya kenapaaa???), aku lagi nggak jadi aku yang sebenarnya….
Itu pikiranku ketika mengetahui pasangan itu ternyata sedang bertengkar. Lalu aku melanjutkan pikiranku, tancap gigi 4 supaya cepet (lho?), bagaimana kalau aku nanti begitu? Apakah aku juga akan berpikir sama seperti aku yang sekarang? Dan semakin aku berpikir itu, aku semakin berpikir bahwa aku tidak tau aku harus menjadi aku yang bagaimana. Aku ndak mengerti, aku harus menjadi orang yang seperti apa, supaya aku merasa nyaman, dan orang-orang di sekitarku pun merasa nyaman. Buktinya, temanku yang kemarin sakit maag pun tau (apa hubungannya dengan sakit maag coba… tanya kenapaaa???), aku lagi nggak jadi aku yang sebenarnya….
Mungkin jawaban itu akan menunggu lebih lama, soalnya aku prefer mendapatkan jawaban buat ujian Web Programming besok daripada jawaban ini…. hahahaha… so karena waktu ujian sudah dekat, sekitar 21,5 jam lagi sebelum ujian, maka mungkin aku akan mencoba dengan berat hati untuk belajar… and gud lak juga buat yang ujian hari ini… God Bless Us…